• home

Rangka pada Tubuh Manusia

RANGKA MANUSIA DAN FUNGSINYA

Salah satu bukti kekuasaan Allah swt, adalah diciptakannya alam beseta isinya ,

termasuk kita umat manusia. Dan manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Alah

yang diciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk. Manusia adalah makhluk yang secara

fisik melebihi makhluk-makhluk lainnya. Dengan fisik yang sempurna kita dapat berdiri,

berlari, memegang benda, menendang bola dan dapat melakukan berbagai aktifitas

lainnya. Oleh karena itu sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah Swt, karena

kesempurnaan

Fisik manusia terdiri dari tulang belulang, daging dan kulit. Tulang belulang manusia

yang saling berhubungan membentuk kerangka. Nah, pada bahasan kali ini asa

generasiku.blogspot.com akan membahas masalah Kerangka Manusia dan Fungsinya.

Fungsi kerangka manusia adalah sebagai berikut :
1). sebagai penegak tubuh
2). sebagai pembentuk tubuh
3). sebagai tempat melekatnya otot (otot rangka)
4). sebagai pelindung bagian tubuh yang penting
5). sebagai tempat pembentukkan sel darah merah
6). sebagai alat gerak pasif

Bagian-Bagian
Rangka
Manusia
Rangka
manusia
terbagi
menjadi
3
kelompok
yaitu
:
1.Rangka
kepala/
tengkorak
berfungsi
melindungi
otak
2. Rangka Badan berfungsi melindungi organ - organ tubuh seperti
paru-paru,
jantung,
hati
dan
lain-lain.
3. Rangka anggota gerak berfungsi bergerak seperti, berjalan, berlari, memegang
benda
dan
sebagainya.

Baiklah untuk lebih jelasnya tiap-tiap rangka tersebut di atas kita uraikan tulang-
tulang yang menyusun rangka tersebut. Ayo kita perhatikan gambar di bawah ini !

1.Rangkakepala

Tulang-tulang yang menyusun rangka kepala adalah :
a. tulang dahi
b. tulang ubun-ubun
c. tulang pelipis
d. tulang tengkorak
e. tulang baji
f. tulang air mata
g. tulang pipi
h. tulang hidung

i. tulang rahang atas
j. tulang rahang bawah
k. tulang lidah

Tulang-tulang penyusun rangka badan terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
a. 33 ruas tulang belakang
b. 12 pasang tulang rusuk ( 7 pasang rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu, 2 pasang
rusuk melayang)
c. Tulang dada terdiri dari :
- tulang hulu
- tulang badan
- tulang pedang-pedangan.
- tulang bahu terdiri dari : 2 tulang selangka dan 2 tulang belikat
- tulang panggul terdiri dari : 2 tulang duduk, 2 tulang usus dan 2 tulang kemaluan

3. Rangka anggota gerak
Tulang-tulang penyusun anggota gerak terdiri dari :

Anggota gerak atas (tangan)

a. Anggota gerak atas (tangan) terdiri dari :

- tulang pengumpil
- tulang lengan atas
- tulang hasta
- tulang pergelangan tangan
- tulang telapak tangan
- ruas-ruas jari tangan

b. Anggota gerak bawah (kaki)
Tulang-tulang penyusun anggota gerak bawah terdiri dari :

Ciri ciri Mahluk Hidup - Pengertian Mahluk Hidup

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP



A. Pengertian Makhluk Hidup

Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, semuanya bergerak, memerlukan

makanan, bernapas, dan berkembang biak. Mengapa hal ini terjadi? Hal tersebut

terjadi karena mereka adalah makhluk hidup. Mobil tidak bisa bergerak jika tidak

diberi bensin dan dikemudikan. Demikian juga dengan sepeda dan becak, jika tidak

dikendarai manusia tidak akan bergerak.Benda-benda itu tidak bernapas, tidak

memerlukan makanan, dan tidak bertambah banyak. Mengapa demikian? Karena

mereka adalah makhluk tak hidup. Jadi, makhluk hidup adalah makhluk yang

memiliki ciri-ciri kehidupan seperti bernapas, bergerak, dan berkembang biak.

B. Ciri-Ciri Makhluk Hidup

Aktivitas yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup prosesnya tidak dapat

diamati secara langsung, tetapi berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Makhluk

hidup memiliki beberapa ciri, yaitu bernapas, bergerak, makan, tumbuh, peka

terhadap rangsangan, dan dapat berkembang biak.

Semua makhluk hidup melakukan proses pernapasan. Bernapas adalah proses

mengambil udara (O2) dari luar dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam tubuh.

Oksigen (O2) sangat diperlukan makhluk hidup untuk pembakaran makanan

dalam tubuh dan menghasilkan energi yang diperlukan tubuh atau disebut juga

oksidasi tubuh. Energi ini digunakan tubuh untuk bergerak dan melakukan

Proses pernapasan makhluk hidup berbeda-beda, bergantung pada tempat hidup

dan jenis makhluk hidup. Makhluk hidup yang hidup di darat memiliki sistem

1

pernapasan yang berbeda dengan makhluk hidup yang hidup di air. Pernapasan

burung berbeda dengan amfibi.

Manusia dan hewan di darat umumnya bernapas dengan paruparu. Oksigen

diambil dari udara melalui hidung. Untuk makhluk hidup yang hidup di air,

seperti ikan bernapas dengan insang. Makhluk hidup yang di air menggunakan

oksigen yang terlarut dalam air untuk bernapas.

Bagaimana dengan tumbuhan, apakah mereka juga bernapas? Tumbuhan pun

bernapas. Oksigen diambil oleh tumbuhan melalui stomata atau mulut daun, dan

lentisel (lubang-lubang yang ada pada batang tumbuhan).

- Alat pernafasan pada tumbuhan disebut stomata atau lentisel

- Alat pernafasan pada hewan adalah paru paru,insang trakea dan kulit

- Burung memiliki alat bantu pernafasan yang disebut pundi pundi udara

2. Bergerak

Bergerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Gerak pada manusia dan

hewan jelas tampak terlihat. Kamu dapat berjalan, berlari, dan menggerakkan

tangan. Begitu juga dengan hewan dapat berlari, terbang, dan lain sebagainya.

Untuk melakukan gerakan tersebut, manusia dan hewan dibantu oleh alat gerak.

Pada manusia, misalnya tangan dan kaki. Sedangkan, pada hewan, seperti sayap,

sirip, kaki, silia, dan lainnya.

Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan gerakan, tapi gerakan ini

tidak mudah dilihat. Contoh gerakan pada tumbuhan adalah menutupnya daun

putri malu bila disentuh. Daun-daun pohon petai cina yang menutup pada sore

hari, arah tumbuhnya tanaman selalu ke arah datangnya sinar matahari, dan bunga

matahari yang selalu menghadap matahari. Gerakan pada tumbuhan disebabkan

karena ada rangsangan dari luar.

2

3. Makan

Seluruh makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan yang dimakan

harus mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya,

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Karbohidrat sangat diperlukan

tubuh untuk menghasilkan energi. Zat makanan ini terdapat dalam umbi-umbian

seperti singkong, kentang, dan ketela. Selain itu, terdapat dalam biji-bijian, seperti

jagung, beras, gandum, dan tepung terigu. Lemak berfungsi sebagai cadangan

makanan bagi tubuh. Lemak memiliki kalori paling tinggi dibandingkan zat

makanan lainnya. Zat makanan ini terdapat dalam susu dan mentega.

Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak.

Protein dibagi menjadi dua macam, yaitu protein hewani dan protein nabati.

Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, contohnya: telur, daging,

susu, dan ikan. Sedangkan, protein nabati adalah protein yang berasal dari

tumbuhan, contohnya: kacangkacangan, dan buah-buahan.

Vitamin dan mineral diperlukan tubuh kita untuk mengatur proses kegiatan tubuh.

Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayursayuran, seperti: wortel,

sayur bayam, kangkung, jeruk, alpukat, apel, dan sebagainya.

Fungsi makan pada makhluk hidup:

a. Menimbulkan energi ( tenaga )

b. Pembangun tubuh ( pertumbuhan )

c. Mengganti sel sel tubuh yag rusak

Makhluk hidup yang dapat embuat makanan sendiri adalah tumbuhan hijau daun

lewat proses fotosintesa.

4. Iritabilitas

Salah satu ciri makhluk hidup adalah respons terhadap rangsangan.

Kemampuan makhluk hidup memberi tanggapan terhadap rangsangan disebut

3

iritabilitas. Hewan memiliki sistem saraf dalam menanggapi adanya rangsangan,

sedangkan tumbuhan tidak. Rangsangan dapat disebabkan oleh faktor luar tubuh.

Contohnya, mata kita akan mengedip bila terkena cahaya yang silau. Contoh

reaksi rangsangan yang diterima hewan adalah anjing akan menegakkan telinga

bila mendengar suara yang asing dan sekelompok rusa akan berlari bila ada

pemangsa yang mengintai.

Gerak pada tumbuhan terjadi karena adanya rangsangan zat kimia, gaya gravitasi

bumi, cahaya, air, dan sentuhan. Contohnya, daun putri malu akan menutup bila

disentuh, akar tumbuhan menjalar ke tempat banyak air, tumbuhnya batang

tumbuhan ke arah sinar matahari, dan akar tumbuhan yang selalu tumbuh ke arah

pusat bumi.

Hewan dan manusia untuk iribalitas menggunakan panca indera yang terdiri dari :

- Mata untuk melihat

- Telinga untuk mendengar

- Kulit untuk meraba

- Hidung untuk mencium

- Lidah untuk mengecap

5. Tumbuh

Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Contohnya, jika

kamu menanam biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi tanaman

kecil. Jika tanaman tersebut kamu siram setiap hari, maka akan tumbuh menjadi

tanaman yang besar.

Pertumbuhan merupakan pertambahan sel-sel tubuh, sehingga ukuran tubuh

bertambah dan tidak bisa mengecil kembali. Bagaimana dengan pertumbuhan

hewan dan tumbuhan? Hewan dan tumbuhan juga mengalami pertumbuhan

seperti manusia, yaitu ukuran tubuhnya makin besar. Pertumbuhan ini dapat

diukur.

4

6. Berkembang Biak

Coba kamu amati pohon pisang di sekitar tempat tinggalmu? Biasanya, di

sekitar pohon pisang terdapat tunas-tunas baru. Hal ini merupakan contoh

perkembangbiakan pada tumbuhan. Berkembang biak atau reproduksi adalah

kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan. Perkembangbiakan ini

berguna untuk melestarikan jenisnya.Cara perkembangbiakan pada hewan dibagi

menjadi dua macam, yaitu secara generatif (kawin) dan secara vegetatif (tak

kawin). Pada hewan tingkat tinggi umumnya berkembang biak secara kawin,

sedangkan pada hewan tingkat rendah berkembang biak dengan vegetatif (tak

kawin).

Bagaimana perkembangbiakan pada tumbuhan? Tumbuhan tidak hanya

berkembang biak dengan biji, tetapi juga dapat berkembang biak secara vegetatif

atau tidak kawin. Contoh perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan, di

antaranya stek, cangkok, dan tunas.

7.Reproduksi

Semua makhluk hidup berkembang biak, hal ini merupakan upaya makhluk

hidup untuk memperbanyak diri atau menghasilkan individu baru.Perkembangan

makhluk hidup bertujuan untuk menjaga kelestarian jenisnya supaya tidak punah,

Cara makhluk hidup untuk berkembang biak dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Generatif , yaitu peristiwa terbentuknya individu baru yang didahului oleh

pembuahan ( fertilisasi ) , peembuahan berarti meleburnya sel kelamin jantan

dengan betina untuk membentuk zigot , contoh : cacing, rayap, katak, lebah dll

b. Vegetatif yaitu cara berkembang biak tanpa perkawinan, jadi tidakmeliatkan

sel gamet atau sel kelami, contoh peremangan vegetatif : tunas, membelah diri,

spora, umbi geragih

8. Adaptasi

Untuk dapat bertahan hidup di lingkungannya, makhluk hidup harus

5

menyesuaikan diri dengan lingkungannya,Tempat hidup bagi makhluk hidup

dapat melakukan aktifitasnya disebut habitat.Apabila makhluk hidup tersebut

tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka akan mati atau bisa

harus berpindah ke lingkungan yang baru.

9. Memerlukan Suhu Tertentu

Semua makhuk hidup dapat bertahan pada suhu tertentu, ikan dapat hidup pada

air yang bersuhu antara 5 derajat celcius sampai dengan 30 derajat. untuk jenis

bakteri dapat sampai suhu 80 derajat, sedangkan tumbuhan dapat hidup baik

antara suhu 0 – 43 derajat celcius.

10. Mengeluarkan Zat Sisa ( sekresi)

Zat sisa dari proses produksi harus dikeluarkan, jika tidak akan menimbulkan

racun di dalam tubuh.Zat sisa yang dikeluarkan bisa berupa cairan, gas ataupun

zat padat.

Alat pengeluaran zat sisa pada hewan atau manusia , yaitu :

a. Paru paru mengeluarkan CO2

b. Kulit mengeluarkan keringat

c. Ginjal mengeluarkan uriine

6

REFERENSI

http://www.harunyahya.com

http://www.wikipedia.com

http://id.wikipedia.org

http://dares-perilakuhewan.blog.com



    Ciri-Ciri Makhluk Hidup :: Artikel Biologi
    www.artikelbiologi.com/2012/02/ciri-ciri-makhluk-hidup.html
    Pada umumnya ciri makhluk hidup ada 9 yaitu bergerak, peka terhadap rangsang(iritabilitas), memerlukan makan (nutrisi), bernafas (respirasi), tumbuh dan ...
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup « Guru NgeBlog
    gurungeblog.wordpress.com/2008/11/08/ciri-ciri-makhluk-hidup/
    8 Nov 2008 – Mengapa batu disebut makhluk tak hidup, sedangkan pohon disebut makhluk hidup? Ingatkah kamu bahwa hanya makhluk hidup yang ...
    Gambar untuk ciri ciri makhluk hidup
     - Laporkan gambar
    CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP (BIOLOGI KLAS VII) ~ BIOLOGI SMP
    sholehudin-opinipendidikan.blogspot.com/.../ciri-ciri-mahluk-hidup-...
    11 Apr 2009 – CIRI MAKHLUK HIDUP Makhluk hidup berbeda dengan benda mati, karena mahkuk hidup mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh ...
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup « BIOLOGI ONLINE
    zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/ciri-ciri-makhluk-hidup/
    11 Feb 2010 – A. Pengertian Makhluk Hidup Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, semuanya bergerak, memerlukan makanan, bernapas, dan ...
    Ciri-Ciri Mahluk Hidup
    ml.scribd.com › School Work › Homework
    29 Jan 2010 – Ciri-Ciri Mahluk Hidup (lengkap) by adien-gunarta22 in Homework and School Work.
    [PPT]
    CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
    alicezah.files.wordpress.com/2009/05/ciri-ciri-mh6.ppt
    Jenis File: Microsoft Powerpoint - Tampilan Cepat
    CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP. cReated by: Ika Maria. M (07312241011). Hajjah Yuliani. S (07312241021). Tuti Yuni Asih (07312241032). Anwar Astuti Sari.
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup Seperti Manusia, Hewan Dan Tumbuhan ...
    organisasi.org › Ilmu Pengetahuan Alam › Biologi
    8 Ags 2007 – Untuk dikatakan sebagai benda hidup, makhluk hidup atau organisme bernyawa diperlukan pemenuhan ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini : ...
    [PDF]
    CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Oleh : Rina Hayani,S - Kemenag Sumsel
    sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/cirimahlukhidup.pdf
    Jenis File: PDF/Adobe Acrobat - Tampilan Cepat
    1. CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP. Oleh : Rina Hayani,S.Pd (Guru IPA MIN 2 Plg). A. Pengertian Makhluk Hidup. Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, ...
    Ciri ciri makhluk hidup
    www.slideshare.net/dedhypurnama/ciri-ciri-makhluk-hidup
    17 Jan 2011 – Ciri ciri makhluk hidup — Presentation Transcript. CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Makhlukhidupmempunyaiberbagaiciri-ciriyaitusebagaiberikut; ...
    Ciri-ciri Makhluk Hidup ~ Kamus Q - Life Dictionary
    kamusq.blogspot.com › kamus pengetahuan
       
    Iis Lestari
       
    oleh Iis Lestari
    27 Feb 2012 – Ciri-ciri makhluk hidup. Makhluk hidup sangat berbeda dengan benda mati yang hanya diam dan tidak membutuhkan apa-apa. Makhluk hidup ...

Penelusuran yang terkait dengan ciri ciri makhluk hidup

ciri ciri makhluk hidup kelas 7

ciri ciri makhluk hidup beserta gambarnya

ciri ciri khusus makhluk hidup

ciri ciri makhluk hidup wikipedia

makalah ciri ciri makhluk hidup

gambar ciri ciri makhluk hidup

klasifikasi makhluk hidup

ciri ciri makhluk hidup ppt

7

Ciri Ciri Mahluk Hidup - Biologi

CIRI-CIRI  
MAKHLUK HIDUP 

  •  PENDAHULUAN
 
 
  •   METERI
 
 
  •  RINGKASAN
 
 
  •  GLOSARIUM
 
 
  •  TES FORMATIF
 
 
SELAMAT DATANG  
MODUL PEMBELAJARAN
BIOLOGI
  • Standar Kompetensi
    Mengaplikasikan konsep keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri kehidupan 
 
  • Kompetensi Dasar
    Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup 
    Mengidentifikasi makhluk hidup dan benda tak hidup berdasarkan ciri-cirinya  
PENDAHULUAN 
  •  PENDAHULUAN
 
 
  •   METERI
 
 
  •  RINGKASAN
 
 
  •  GLOSARIUM
 
 
  •  TES FORMATIF
MATERI 
  •  PENDAHULUAN
 
 
  •   METERI
 
 
  •  RINGKASAN
 
 
  •  GLOSARIUM
 
 
  •  TES FORMATIF
BERNAPAS (RESPIRASI) 
    Bernapas adalah proses pengambilan oksigen dari lingkungan dan pengeluaran karbon dioksida beserta uap air 
C6H12O6  +  6O2 
6H2O  +  6CO +  ENERGI 
Pernapasan yang menggunakan oksigen disebut pernapasan aerob 
Pernapasan yang tidak menggunakan oksigen disebut pernapasan anaerob
Contohnya: jamur dan bakteri
ALAT RESPIRASI 
Paru-paru 
Trakea 
Paru-paru buku 
Insang 
Stomata
BERGERAK 
Manusia dan hewan bergerak secara aktif, artinya disertai dengan perpindahan 
Hewan memiliki alat gerak beranekaragam, antara lain:
  • Kaki pada sebagian besar vertebrata
  • Sirip pada ikan
  • Sayap pada burung
  • Kaki semu (psudopodia) pada Amoeba proteus
  • Bulu cambuk (flagel) pada Euglena viridis
  • Bulu getar (cilia) pada Paramecium caudatum
BAGAIMANA DENGAN TUMBUHAN??
APAKAH TUMBUHAN JUGA BERGERAK??
CARI TAHU JAWABANNYA DISINI
MEMERLUKAN MAKANAN (NUTRISI) 
  • Manusia dan hewan untuk memperoleh makanan sangat bergantung pada makhluk hidup lain (heterotrof).
  • Tumbuhan dapa membuat makanan sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan anorganik dari sekelilingnya, dibantu oleh energi cahaya yang berasal dari matahari.
  • Makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri disebut bersifat autotrof.
 
C6H12O6  +  6O2 
6H2O  +  6CO2  
Klorofil
TUMBUH DAN BERKEMBANG 
SIFAT PERTUMBUHAN 
KUANTITATIF 
KLIK 
IRREVERSIBLE 
KLIK
TUMBUH DAN BERKEMBANG 
SIFAT PERTUMBUHAN 
KUANTITATIF 
BERAT
TINGGI
BESAR
(VOLUME
DAN UKURAN 
IRREVERSIBLE 
KLIK
TUMBUH DAN BERKEMBANG 
SIFAT PERTUMBUHAN 
KUANTITATIF 
KLIK 
IRREVERSIBLE 
TIDAK DAPAT KEMBALI
KE BENTUK SEMULA
TUMBUH DAN BERKEMBANG 
SIFAT PERTUMBUHAN 
KUANTITATIF 
BERAT
TINGGI
BESAR
(VOLUME
DAN UKURAN 
IRREVERSIBLE 
TIDAK DAPAT KEMBALI
KE BENTUK SEMULA
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor hereditas (gen) dan faktor lingkungan 
APA BERKEMBANG ITU??
APA PERBEDAANNYA DENGAN TUMBUH??
YUK SIMAK PEMBAHASAN BERIKUTNYA?!
BERKEMBANG BIAK (REPRODUKSI) 
  • Berkembang biak adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
  • Tujuan berkembang biak adalah untuk melestarikan keturunan agar tidak punah dan menambah jumlah generasinya.
 
PERKEMBANGBIAKAN 
GENERATIF 
Induknya Satu 
KLIK 
KLIK
PEKA TERHADAP RANGSANG 
Tumbuhan mereaksi adanya rangsang. Contohnya putri malu mengatupkan daunnya saat disentuh.
Indera merupakan alat tubuh yang peka terhadap suatu rangsangan. Alat indera pada manusia dan hewan antara lain: 
Rangsang Cahaya 
Rangsang getaran suara 
Rangsang panas, dingin, sentuhan, tekanan, dan luka 
Rangsang bau 
Rangsang rasa (pahit, manis, asin)
MENGELUARKAN ZAT SISA 
Semua makhluk mengeluarkan zat-zat sisa yang berasal dari proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh.
Zat sisa dari tubuh dikeluarkan melalui proses pernapasan (respirasi), ekskresi, dan defakasi.
Proses pernapasan mengeluarkan zat karbon dioksida dan uap air.
Proses ekskresi mengeluarkan urine.
Defakasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan yang berupa feses.
  •  PENDAHULUAN
 
 
  •   METERI
 
 
  •  RINGKASAN
 
 
  •  GLOSARIUM
 
 
  •  TES FORMATIF
 
 
RINGKASAN 
Makhluk hidup dapat dibedakan dengan benda tak hidup berdasarkan gejala-gejala hidup: 
Ciri-ciri makhluk hidup:
  • Bernapas (respirasi)
  • Bergerak
  • Memerlukan makanan (nutrisi)
  • Tumbuh dan berkembang
  • Berkembang biak (reproduksi)
  • Peka terhadap rangsang (iritabilita)
  • Mengeluarkan zat sisa
  •  PENDAHULUAN
 
 
  •   METERI
 
 
  •  RINGKASAN
 
 
  •  GLOSARIUM
 
 
  •  TES FORMATIF
 
 
GLOSARIUM 
Embrio : hasil perkembangan zigot
Gen : faktor keturunan
Indera : alat tubuh pada makhluk    hidup yang   peka    terhadap rangsangan
Iritabilitas : kemampuan makhluk hidup   menerima dan menanggapi   rangsangan
Urine : air seni (kencing)
TES FORMATIF 
  1. Contoh gerak pada makhluk hidup adalah……………
 
a. Mengatupnya daun putri malu ketika disentuh 
b. Gugurnya daun yang telah menguning 
c. Gerak ranting tumbuhan tertiup angin 
d. Keluarnya karbondioksida melalui stomata 
Klik salah satu jawaban yang dianggap benar!
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
2. Tumbuhan hijau mendapatkan makanan dengan
          cara………… 
a. Menyerap zat gula dari dalam tanah 
b. Mendapatkan makanan dari makhluk hidup lain 
c. Menyerap zat-zat sisa dari makhluk hidup lain 
d. Melakukan fotosintesis untuk membentuk zat makanan
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
3. Berikut ini bukan contoh cara berkembang biak
          pada hewan, yaitu: 
a. Katak bertelur 
b. Kambing beranak 
c. Berudu menjadi katak 
d. Amoeba membelah diri
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
4. Zat sisa yang dikeluarkan oleh tumbuhan pada
    waktu bernapas: 
a. CO2 dan H2O 
b. CO2 dan O2 
c. Zat gula dan CO2 
d. Zat tepung dan O2
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
5. Ciri makhluk hidup yang berhubungan dengan
          pertukaran oksigen dan karbondioksida adalah……… 
a. Tumbuh  
b. Bernapas 
c. Bergerak 
d. Berkembang biak
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
6. Hewan avertebrata yang bergerak dengan bulu
          cambuk adalah…… 
a. Amoeba 
b. Euglena 
c. Plasmodium 
d. Paramecium
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
7. Ciri makhluk hidup yang berhubungan dengan
    pelestarian jenis suatu makhluk hidup adalah………… 
a. Bergerak 
b. Bernapas 
c. Berkembang biak 
d. Memerlukan nutrisi
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
8. Gerak gamet jantan menuju ke arah gamet betina
    setelah penyerbukan disebut…………. 
a. Kemotaksis 
b. Seismonasti 
c. Niktinasti 
d. Fototropisme
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
9. Rangsangan yang diterima kulit, kecuali………… 
a. Tekanan 
b. Kering  
c. Panas  
d. Dingin
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
10. Sifat perkembangan, yaitu 
a. Kualitatif 
b. Kuantitatif 
c. Irreversibel 
d. Bertambah panjang
BENAR 
NEXT
SALAH 
BACK 
NEXT
  •  PENDAHULUAN
 
 
  •   METERI
 
 
  •  RINGKASAN
 
 
  •  GLOSARIUM
 
 
  •  TES FORMATIF
 
 
You are what you think....
TERIMA KASIH
SELAMAT BELAJAR
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup :: Artikel Biologi
    www.artikelbiologi.com/2012/02/ciri-ciri-makhluk-hidup.html
    Pada umumnya ciri makhluk hidup ada 9 yaitu bergerak, peka terhadap rangsang(iritabilitas), memerlukan makan (nutrisi), bernafas (respirasi), tumbuh dan ...
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup « Guru NgeBlog
    gurungeblog.wordpress.com/2008/11/08/ciri-ciri-makhluk-hidup/
    8 Nov 2008 – Mengapa batu disebut makhluk tak hidup, sedangkan pohon disebut makhluk hidup? Ingatkah kamu bahwa hanya makhluk hidup yang ...
    Gambar untuk ciri ciri makhluk hidup
     - Laporkan gambar
    CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP (BIOLOGI KLAS VII) ~ BIOLOGI SMP
    sholehudin-opinipendidikan.blogspot.com/.../ciri-ciri-mahluk-hidup-...
    11 Apr 2009 – CIRI MAKHLUK HIDUP Makhluk hidup berbeda dengan benda mati, karena mahkuk hidup mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh ...
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup « BIOLOGI ONLINE
    zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/ciri-ciri-makhluk-hidup/
    11 Feb 2010 – A. Pengertian Makhluk Hidup Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, semuanya bergerak, memerlukan makanan, bernapas, dan ...
    Ciri-Ciri Mahluk Hidup
    ml.scribd.com › School Work › Homework
    29 Jan 2010 – Ciri-Ciri Mahluk Hidup (lengkap) by adien-gunarta22 in Homework and School Work.
    [PPT]
    CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
    alicezah.files.wordpress.com/2009/05/ciri-ciri-mh6.ppt
    Jenis File: Microsoft Powerpoint - Tampilan Cepat
    CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP. cReated by: Ika Maria. M (07312241011). Hajjah Yuliani. S (07312241021). Tuti Yuni Asih (07312241032). Anwar Astuti Sari.
    Ciri-Ciri Makhluk Hidup Seperti Manusia, Hewan Dan Tumbuhan ...
    organisasi.org › Ilmu Pengetahuan Alam › Biologi
    8 Ags 2007 – Untuk dikatakan sebagai benda hidup, makhluk hidup atau organisme bernyawa diperlukan pemenuhan ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini : ...
    [PDF]
    CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Oleh : Rina Hayani,S - Kemenag Sumsel
    sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/cirimahlukhidup.pdf
    Jenis File: PDF/Adobe Acrobat - Tampilan Cepat
    1. CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP. Oleh : Rina Hayani,S.Pd (Guru IPA MIN 2 Plg). A. Pengertian Makhluk Hidup. Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, ...
    Ciri ciri makhluk hidup
    www.slideshare.net/dedhypurnama/ciri-ciri-makhluk-hidup
    17 Jan 2011 – Ciri ciri makhluk hidup — Presentation Transcript. CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Makhlukhidupmempunyaiberbagaiciri-ciriyaitusebagaiberikut; ...
    Ciri-ciri Makhluk Hidup ~ Kamus Q - Life Dictionary
    kamusq.blogspot.com › kamus pengetahuan
       
    Iis Lestari
       
    oleh Iis Lestari
    27 Feb 2012 – Ciri-ciri makhluk hidup. Makhluk hidup sangat berbeda dengan benda mati yang hanya diam dan tidak membutuhkan apa-apa. Makhluk hidup ...

Penelusuran yang terkait dengan ciri ciri makhluk hidup

ciri ciri makhluk hidup kelas 7

ciri ciri makhluk hidup beserta gambarnya

ciri ciri khusus makhluk hidup

ciri ciri makhluk hidup wikipedia

makalah ciri ciri makhluk hidup

gambar ciri ciri makhluk hidup

klasifikasi makhluk hidup

ciri ciri makhluk hidup ppt

Kawruh Bahasa Jawa (KBJ) - Keindahan Ragam Bahasa di Indonesia

Kawruh Bahasa Jawa (KBJ)

ABSTRAK

Yasadipura II merupakan salah satu pujangga kraton Surakarta yang banyak menghasilkan karya sastera. Salah satunya iaitu Serat Wicara Keras yang ditulis pada tahun 1789-1816. Karya ini merupakan luahan kemarahan Yasadipura II terhadap keadaan sosial dan politik Surakarta pada masa tersebut. Hal yang menarik ialah walaupun naskhah ini merupakan luahan kemarahan, namun aspek-aspek estetis pembangun karya sastera tidak dilupakan oleh YS II dalam menggubah karyanya. Unsur-unsur estetis yang ditemukan dalam karya sastera ini iaitu penggunaan: (1) tembang Macapat (puisi tradisional Jawa) sebagai struktur penggubah WK, (2) tembung Saroja, (3) tembung Garba atau Sandi, (4) Sasmita tembang, (6) pemanjangan suku kata, (7) kosakata Kawi, (8) purwakanthi, dan (9) perumpamaan dan istilah-istilah khusus. Penyelidikan ini merupakan gambaran sederhana tentang penggunaan aspek-aspek kesusasteraan Jawa dalam suatu karya sastera akhir abad XVIII.

A.    Pendahuluan

Muzium Sanabudaya ialah salah satu muzium milik pemerintah Indonesia yang menyimpan berbagai-bagai koleksi naskhah nusantara. Tercatat sebanyak 210 naskhah piwulang atau ajaran moral, serta ratusan naskhah lain yang bergenre babad, wayang, sejarah, sastera, primbon, musik, bahasa, Islam, hukum, cerita wayang, tari, folklor dan lain-lain menjadi koleksi muzium ini (Behrend, 1990). Salah satu tajuk naskhah piwulang koleksi Sanabudaya yang mempunyai banyak varian ialah Wicara Keras (WK). Banyaknya varian naskhah dengan tajuk ini dimungkinkan kerana naskhah ini cukup popular dan digemari pada zamannya. Isinya yang menarik, iaitu berupa kritik sosial tajam diduga merupakan salah satu penyebab ramainya peminat yang tertarik untuk menyalin naskhah ini. Baik dengan matlamat ingin memiliki mahupun ingin melestarikan naskhah. Hal lain yang menarik ialah penggunaan bahasa yang cukup indah. Jadi, walaupun naskhah ini merupakan luahan kemarahan, namun ianya tetap disampaikan dengan nilai-nilai estetis yang tinggi. Berbagai-bagai aspek sastera digunakan untuk memperindah penyampaian idea pengarang. Selain itu, pengarang juga memilih tembang atau puisi tradisional Jawa untuk menggubah karyanya. Oleh itu melalui kertas kerja ini diharapkan dapat diketahui secara lebih mendalam mengenai bahasa yang digunakan pengarang dalam WK.

B.    Naskhah WK
Naskhah WK yang tersimpan di muzium Sanabudaya Yogyakarta masih berupa manuskrip yang ditulis dengan bahasa dan aksara Jawa. Naskhah ini ditulis oleh YS III (YS II), pujangga kraton Surakarta. WK ditulis dalam bentuk puisi tradisional Jawa (tembang). Tembang yang dipakai dalam naskhah WK ialah tembang cilik atau tembang Macapat. Naskhah ini ditulis sesudah tahun 1789 dan selesai pada tahun 1816 di Surakarta. Terdapat lapan varian naskhah WK di muzium Sanabudaya. Berikut ini contoh gambar daripada naskhah WK di muzium Sanabudaya Yogyakarta.


Naskhah yang akan diselidiki penggunaan bahasanya ialah naskhah C dengan kod P 20 PB.A.236. Naskhah ini merupakan naskhah yang lengkap. Tidak seperti naskhah A, D, B, dan G yang kurang lengkap isinya. Selain itu, keadaan fizikal naskhah C lebih baik daripada naskhah yang lain. Huruf-huruf pada naskhah C juga lebih mudah dibaca, sehingga memperlancar proses penyelidikan.

C.    Bahasa dalam Serat WK
Serat WK merupakan naskhah yang berisi kemarahan YS II terhadap kondisi Surakarta yang tidak menentu. Namun walaupun WK  merupakan ekspresi kemarahan, namun bahasa dan pilihan kata yang digunakan tetap indah. YS II menggubah WK dalam bentuk tembang Macapat. WK pada naskhah C ditulis dalam sebelas pupuh atau tembang (Poerwadarminta, 1938: 503). Pupuh-pupuh tersebut iaitu Asmaradana, Sinom, Dhandhanggula, Gambuh, Kinanthi, Megatruh, Pangkur, Dhandhanggula, Kinanthi, Gambuh, dan Sinom.
Penggunaan berbagai-bagai jenis tembang Macapat pada Serat WK membuat serat ini terkesan lebih variatif dan tidak membosankan. Setiap pupuh memuat satu pokok pemikiran yang berbeza dengan pupuh yang lain. Untuk mengarang suatu tembang, diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai bahasa, sastera, dan budaya Jawa. Kerana untuk menulis tembang seorang pengarang harus mentaati aturan-aturan tembang Macapat yang akan ditulis, iaitu aturan mengenai guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra.Guru wilangan ialah jumlah suku kata yang ada dalam satu baris tembang. Guru lagu atau sering disebut dhong-dhing ialah aturan mengenai vokal di akhir baris. Sedangkan guru gatra ialah jumlah baris dalam suatu rangkap tembang.
Tembang macapat atau tembang cilik menurut Padmosoekatjo (1953: 12) terdiri daripada Kinanthi, Pucung, Asmaradana, Mijil, Maskumambang, Pangkur, Sinom, Dhandhanggula, dan Durma. Masing-masing tembang tersebut mempunyai konvensi atau aturan yang berbeza. Adapun konvensi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu daripada sesetiap tembang adalah sebagai berikut.
1)    Kinanthi         : 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i (guru gatra = 6)
2)    Pucung        : 12u, 6a, 8i, 12a (guru gatra = 4)
3)    Asmaradana    : 8i, 8a, 8e(o), 8a, 7a, 8u, 8a (guru gatra = 7)
4)    Mijil        : 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u (guru gatra = 6)
5)    Maskumambang    : 12i, 6a, 8i, 8a (guru gatra = 4)
6)    Pangkur        : 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i (guru gatra = 7)
7)    Sinom        : 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a (guru gatra = 9)
8)    Dhandhanggula    : 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a (guru gatra = 10)
9)    Durma        : 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7i (guru gatra = 7)

Misalnya untuk tembang Kinanthi, 8u ertinya tembang tersebut pada baris pertama mesti terdiri dari delapan suku kata, dan baris terakhir mesti diakhiri dengan vokal "u". Selain itu, jumlah baris dalam satu rangkap mesti 6 baris.
Adanya aturan-aturan penulisan tembang, menyebabkan seorang penulis tembang mesti mampu memilih kosakata yang sesuai dan tidak menyimpang daripada konvensi tembang yang berlaku. Hal ini merupakan sesuatu yang sukar. Terkadang suatu kata tidak boleh dipakai kerana penggunaannya tidak sesuai dengan hitungan guru wilangan ataupun guru lagu. Oleh itu penulis mesti kaya akan kosakata yang boleh mengganti kosakata yang tidak sesuai dengan konvensi. Kosakata pengganti tersebut juga tidak boleh menyimpang daripada makna yang dijangka. Selain penggunaan aturan di atas, penulis juga mesti menggunakan rasa dan mindanya dalam mengolah bahasa. Penggunaan bahasa indah atau bahasa sastera serta bahasa Kawi disarankan dalam penulisan tembang untuk menambah unsur keindahan.
Selain mempunyai aturan-aturan tembang, setiap jenis tembang Macapat juga mempunyai sifat tersendiri. Biasanya watak inilah yang mempengaruhi dipergunakan atau tidaknya suatu tembang dalam acara tertentu. Padmosoekotjo (1953: 13) mengemukakan watak masing-masing tembang Macapat ialah sebagai berikut.
1)    Kinanthi mempunyai watak gembira, senang, cinta kasih. Tembang ini biasanya digunakan untuk menyampaikan piwulang 'ajaran' dan cerita cinta.
2)    Pocung berwatak kendho 'longgar', gregeten, 'menggemaskan'. Tembang ini biasanya digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang lucu dan sesuka hati.
3)    Asmaradana mempunyai watak sedih kerana cinta, biasanya digunakan dalam cerita cinta.
4)    Mijil berwatak himbauan, cocok digunakan untuk menyampaikan nasihat.
5)    Maskumambang berwatak nelangsa 'memilukan'. Melukiskan perasaan sedih dan memilukan.
6)    Pangkur berwatak sereng, 'keras'. Digunakan untuk menceritakan sesuatu yang keras dan cinta yang menyala-nyala.
7)    Sinom berwatak grapyak 'ramah', renyah, 'lincah'. Cocok untuk nasihat dan pengajaran.
8)    Dhandhanggula berwatak luwes 'fleksibel'. Cocok untuk menyampaikan berbagai-bagai hal. Juga dapat digunakan dalam suasana apapun.
9)    Durma berwatak keras, marah. Tembang ini biasanya digunakan untuk menyampaikan suasana marah dan cerita perang.
Keindahan bahasa dalam naskhah WK selain diwujudkan dalam penggunaan tembang, juga wujud dalam penggunaan aspek-aspek sastera di dalamnya. Beberapa aspek sastera yang digunakan YS II dalam menggubah karyanya iaitu:
1.    Tembung Saroja
Tembung Saroja erti harafiahnya ialah kata ganda, iaitu dua kata yang sama atau hampir sama maknanya yang lazimnya digunakan secara bersamaan. Misalnya kata wadya bala. Kata wadya = kawan, bala = kawan. Kemudian dua kata ini dipakai secara bersamaan menjadi kata wadya bala. Tembung saroja secara am bermakna sesuatu yang lumayan atau berlebih-lebihan. Misalnya tembung saroja bodho muda. Kata bodho = bodoh, muda = bodoh. Jika digabung menjadi bodo muda yang bererti sangat bodoh atau lumayan bodoh (Padmosoekatjo, 1953: 24). YS II juga menggunakan tembung saroja dalam penulisan naskhah WK. Penggunaan tembung saroja dimaksudkan untuk memperindah tembang. Beberapa contoh penggunaan tembung saroja dalam WK dapat dilihat dalam jadual berikut ini.
Jadual 1: Penggunaan Tembung Saroja dalam WK
No.    Penggunaan Tembung Saroja    Rangkap, Baris
1.        dene laku punika andhap asor dunungipun 'laku itu letaknya dalam sopan-santun'    23, 6
2.        suprandene kena ing papa cintraka 'masih lagi tetap merasakan kesengsaraan'    35, 9
3.        nora melu lara lapa 'tidak ikut bersusah payah'    37, 3
4.        laku saba ing wanadri 'pergi ke hutan belantara'    165, 7
5.        lir wong muruk sato kewan 'seperti mengajar haiwan'    296, 3
6.        tata cara laku alam warna-warna 'macam-macam kejadian yang berlaku di alam raya'    296, 9
7.        suba sita reringa wentarane dipunkesthi 'sopan-santun dan berhati-hati'    298, 7

2.    Tembung Garba atau Sandi
Tembung garba iaitu dua kata atau lebih yang dirangkai menjadi satu, sehingga jumlah suku katanya berkurang. Tembung garba merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pengarang untuk memendekkan jumlah suku kata, sehingga dapat memenuhi aturan jumlah suku kata dalam satu baris tembang (guru wilangan). Tembung garba memang lazim digunakan dalam tembang. YS II juga menggunakan salah satu bentuk kesasteraan Jawa ini dalam Serat WK. Beberapa contoh penggunaan tembung garba dalam WK dapat dilihat dalam jadual berikut ini.
Jadual 2: Penggunaan Tembung Garba dalam WK
No.    Penggunaan Tembung Garba    Asal Kata    Rangkap, Baris
1.        pengrasane suwargadi 'perasaannya seperti sorga yang indah'    suwarga + adi    29, 4
2.        cipteng tyas wus tan susah 'dan dalam hatinya tidak merasakan ikut menderita'    cipta + ing     67, 6
3.        sukeng tyas mangalembana 'semua menyukai dan menyanjungnya'    suka + ing    153, 6
4.        prapteng mangke kang kalebu ing tulis 'sampai sekarang yang tercatat'    prapta + ing    162, 2
5.        yeku tirunen prayoga 'oleh itu tirulah yang pantas ditiru'    ya + iku    168, 8
6.        ingkang sampun prawireng ngayuda 'yang sudah menjadi pahlawan perang'    prawira + ing    179, 2
7.        ingkang samya durakeng Widi 'yang bersama-sama menderhakai Tuhan'    duraka + ing    204, 5
8.        tur enggone aneng suwargadi 'dan lagi sorgalah tempatnya'    ana + ing    206, 1
9.        dadi kawuleng Hyang Suksma 'menjadi hamba Tuhan'    kawula + ing    206, 8
10.        marma den prayitneng batin 'oleh itu tanamkanlah rasa waspada di dalam hati'    prayitna + ing    223, 6
11.        den landhep graiteng budi 'mesti tajam dalam memahami isi hati'    graita + ing    228, 2
12.        ngucap ngaku mengkurat kang murbeng ngalam 'mengakui dirinya sebagai orang yang menguasai jagad raya'    murba + ing    293, 9
13.        patang prakeru yekti 'turutilah empat perkara ini'    prakara + iku    297, 2
14.        paes kang tibeng sarik 'melihat keindahan dunia yang akan mendatangkan kemalangan'    tiba + ing    300, 2

3.    Sasmita Tembang
Sasmita tembang iaitu kata, kelompok kata, ataupun ayat yang memberi petunjuk tentang nama pupuh tembang yang akan digunakan berikutnya. Sasmita tembang selain digunakan untuk mengenalpasti nama tembang, juga digunakan untuk memberi petunjuk kepada orang yang melagukan tembang agar bersiap-siap untuk melagukan jenis tembang yang berbeza dengan tembang sebelumnya. Sasmita tembang biasanya terletak pada baris terakhir rangkap terakhir suatu tembang, sebelum berganti dengan pupuh tembang yang lain. Boleh juga diletakkan pada baris pertama pupuh tembang yang baharu. Sasmita tembang biasanya juga merupakan padanan kata atau sinonim daripada nama tembang yang akan digunakan selanjutnya. Contohnya ialah:

mula purwanipun 'oleh itu awalnya ialah'
anunggal karsaning titah 'bersatunya keinginan seorang hamba'
ala ayu wus tinitah Batharadi 'buruk, cantik merupakan takdir Bathara'
liring yudakanaka 'seperti yudakanaka'

Pupuh di atas merupakan bahagian daripada pupuh Dhandanggula. Kemudian pada rangkap terakhir tembang hterdapat kata yudakanaka. Kata ini merupakan petunjuk nama pupuh tembang berikutnya. Walaupun nama pupuh tembang tidak disebutkan secara jelas, namun kata tersebut mengandungi makna pupuh tembang berikutnya. Oleh sebab terkadang nama tembang berikutnya tersebut tidak disebutkan dengan jelas, maka petunjuk seperti ini disebut dengan sandi 'rahasia, samar-samar'. Misalnya pada contoh di atas, kata yudakanaka berasal daripada dua kata, iaitu yuda dan kanaka. Yuda bererti 'perang', dan kanaka berarti 'kuku'. Jadi yudakana berarti kuku-kuku yang berperang. Kuku berperang ertinya sedang menggaruk-garuk atau dalam bahasa Jawa disebut kukur-kukur. Kukur-kukur mengandungi suku kata kur. Suku kata ini sama dengan suku kata akhir kata Pangkur. Oleh itu, kata yudakanaka merupakan petunjuk bahawa tembang berikutnya yang akan dilagukan ialah tembang Pangkur.
Contoh lain yang menggunakan sinonim untuk sasmita tembang antaranya ialah jalak pita gagak ules wilis 'burung kuning tertutup putih'. Kata gagak bersinonim dengan kata dhandhang. Kata ini merupakan petunjuk bahawa tembang berikutnya yang akan digukan ialah Dhandhanggula. Ayat ing sabda srinata mudha 'sabda seorang raja muda' juga merupakan contoh sasmita tembang. Kata mudha bersinonim dengan kata anom. Oleh itu kata ini memberikan petunjuk bahawa tembang yang akan dilagukan selanjutnya ialah Sinom.
Selain sinonim, sasmita tembang dapat pula menggunakan kata yang mengandungi asosiasi atau kaitan dengan nama tembang. Contohnya tiwas tanpa madu 'mati tanpa madu'. Kandha rinenggeng hartati 'ucapan yang dihiasi dengan manisnya gula'. Madu mempunyai asosiasi makna manis, hartati juga bererti manis. Manis merupakan sifat yang sama dengan gula. Oleh itu, jika suatu tembang pada akhir pupuh-nya diakhiri dengan kata madu, maka tembang selanjutnya yang akan dilagukan ialah Dhandhanggula.
Sasmita tembang juga sering dituliskan dengan cara menuliskan kata yang hampir sama bunyi suku kata, baik suku kata awal mahupun akhir dengan nama tembang yang akan dilagukan selanjutnya. Contohnya ialah saksana Raden Anoman 'kemudian dengan cepat datanglah Raden Anoman'. Kata anoman merupakan petunjuk bahawa tembang berikutnya yang akan dilagukan ialah tembang Sinom. nubruk saking pungkur 'menubruk dari belakang'. Kata pungkur merupakan petunjuk tembang Pangkur. Kinantha kanthinira 'digandengnya', kata kanthi merupakan petunjuk tembang Kinanthi. Berikut ini merupakan beberapa contoh sasmita tembang yang dikumpulkan oleh R.S. Subalidinata (1981: 41-46).
Jadual 3: Contoh-contoh Sasmita Tembang
No.    Nama Tembang    Bunyi Sasmita Tembang
1.        Dhandhanggula    manis, madu manis, gagak, hartati, sarkara, guladrawa, dhandhang, andhandhang sarkara, dhinandhang, ndhandhang.
       
2.        Sinom    tumaruna, srinata, roning kamal, logondhang, sinom ingayun, anom respati, Anoman, taruni, weni, mudha
       
3.        Pangkur    kapungkur, mingkar-mingkur, kukur-kukur, wuntat, pungkur, kenaka,wuri, mungkur, sapengkernya, wingking
       
4.        Asmaradana    kasmaran, nawung brangti, rarasing kingkin, raras ati, satyasmara, brangta
       
5.        Durma    mundur, undurana, kunduran, kondur, ngunduri, angunduri, kadurmaning
       
6.        Mijil    wijiling, rarasati, mijil, miyos, kawijil
       
7.        Kinanthi    kanthi, kanthining, gandhengan, anganthi, kanthinira
       
8.        Maskumambang    kambang-kambang, kumambang, kinambang, timbul ing warih, mas kentir, kentar, ngemasi
       
9.        Pocung    pucung, pinucung, ancung, amucung, kaluwak, pamucunging,
       
10.        Gambuh     nggambuh, wimbuh, gegambuhan, tambuh
       
11.        Megatruh    pegat, truk, anduduk, duduk wuluhe


Penggunaan sasmita tembang dalam Serat WK dapat dilihat dalam jadual berikut ini.
Jadual 4: Contoh-contoh Sasmita Tembang dalam WK
No.    Bunyi Baris yang Mengandungi Sasmita Tembang    Nama Tembang    Rangkap, Baris
1.        branta utama jalma 'branta manusia utama dan manusia yang agung'    Asmarada    1, 1
2.        wong anom ywa ngucap keras 'anom jangan mengucap keras'    Sinom    27, 7
3.        sirna ilang cinucuk ing peksi 'musnah dipatuk burung'    Dhandhanggula    53, 1
4.        kadya wus agambuh 'seperti sudah bersatu'    Gambuh    80, 1
5.        kinanthi ing purwanipun 'diawali dengan tembang Kinanthi'    Kinanthi    106, 1
6.        yen megatruh gra ja lali 'jika megatruh jangan sampai lupa'    Megatruh    128, 6
7.        aja mungkur kautaman 'jangan meninggalkan keutamaan'    Pangkur    152, 1
8.        ilang manising negari 'hilanglah keindahan suatu negara'    Dhandhanggula    167, 7
9.        kanthine bocah angepluk 'mengganding budak pemalas'    Kinanthi    213, 1
10.        ginembuh kang sedya ayun 'bersatu dengan yang diniatkan'    Gambuh    248, 1
11.        sinome lagya branta 'anak muda yang sedang kasmaran'    Sinom    283, 1

4.    Pemanjangan Suku Kata
Salah satu aturan dalam penulisan tembang tradisional Jawa ialah adanya aturan guru wilangan. Aturan ini mengatur jumlah suku kata yang mesti ditaati oleh penulis tembang. Demi memenuhi aturan ini, seorang pengarang mesti menguasai teknik-teknik menulis tembang. Salah satu teknik yang sering digunakan untuk memenuhi aturan guru wilangan ialah pemanjangan suku kata. Teknik ini digunakan dengan cara memanjangkan suatu kata yang mengandungi dua buah konsonan yang letaknya berurutan dengan menambahkan vokal di antara dua buah konsonan tersebut. Contoh penggunaan teknik ini dalam Serat WK iaitu sebagai berikut.
Jadual 5: Contoh Pemanjangan Kata dalam WK
No.    Kata    Hasil Pemanjangan Kata    Rangkap, Baris
1.        slamete    selamete 'keselamatannya'    2, 2
2.        swarga    suwarga 'sorga'    29, 4


5.    Penggunaan Kosakata Kawi

Kosakata Kawi merupakan kata-kata yang berasal daripada kosakata dalam bahasa Sansekerta mahupun bahasa Jawa Kuna yang setakat ini masih dapat ditemukan dalam kosakata bahasa Jawa Baru, utamanya dalam sastera Jawa yang berbentuk tembang. Menurut S. Padmosoekotjo (1953: 18), seorang pengarang tembang yang baik wenang menggunakan bahasa Kawi. Wenang dalam hal ini bererti boleh menggunakan kata-kata Kawi, namun boleh juga tidak menggunakan.
Keindahan tembang memang tidak sepenuhnya tergantung kepada wujud tidaknya kosakata Kawi tersebut di dalam tembang. Tetapi jika satu tembang tidak menggunakan kosakata Kawi, maka terasa akan ada yang kurang dalam tembang tersebut, seperti sayur yang kekurangan garam. Tetapi tembang yang terlalu banyak kosakata Kawi-nya juga bukan merupakan tembang yang baik, apalagi jika takrifan makna kosakata tersebut sudah tidak dikenal pasti oleh masyarakat pada masa kini. Malah tembang tersebut akan menjadi karangan yang tidak boleh difahami dan tidak menarik. Oleh itu, tembang yang baik mestinya juga menggunakan kosakata Kawi, tetapi jangan sampai terlalu banyak. Selain itu, kosakata Kawi yang dipakai juga mesti yang masih dikenal maknanya oleh pembaca.
Fenomena pemakaian kosakata Kawi menurut Behrend (1995: 362), merupakan ciri gerakan kesasteraan Surakarta, yang dipelopori oleh Yasadipura I pada abad XVIII. Jadi, penggunaan kosakata Kawi majoriti dijumpai pada teks-teks yang ditulis mahupun disalin pada abad XVIII dan sesudahnya. Rupanya fenomena yang kemungkinan dimulakan oleh YS II ini juga diikuti oleh YS II. YS II dalam naskhah WK juga menggunakan kosakata Kawi untuk memperindah tembang yang ditulisnya. Beberapa kosakata Kawi yang digunakan oleh YS II dalam karyanya dapat dilihat dalam jadual berikut ini.
Jadual 6: Contoh Penggunaan Bahasa Kawi dalam WK
No.    Baris yang Mengandungi
Kosakata Kawi    Rangkap, Baris
1.        ywa sira den kaduk sihe 'jangan kasar dan berilah kasih sayang yang berlimpah'    5, 3
2.        dora tumurun ing wuri '(kekayaan) tidak akan abadi sampai akhir'    12, 1
3.        narima mring kang murba 'terimalah itu sebagai karunia Yang Kuasa'    13, 6
4.        lamun lali ing nala 'jika lupa kepada kata hati'    22, 5
5.        pan wus kocap wong sabar nalikung setan 'memang sudah lumrah jika orang yang sabar dapat mengalahkan setan'    28, 9
6.        aja dumeh yen awirya 'jangan mentang-mentang keturunan luhur'    33, 1
7.        duk Kyai Ageng ing Sela 'sejak Kyai Ageng di Sela'    36, 3
8.        wanine mung padha rowang 'beraninya hanya dengan kawan sendiri'    46, 1
9.        suwaka nglurug yuda 'mengajak berperang'    59, 7
10.        senadyan prapteng pralaya 'walaupun sudah meninggal'    159, 1

6.    Penggunaan Purwakanthi
Purwakanthi merupakan salah satu permainan bunyi yang sangat sering digunakan dalam tembang. Purwakanthi dibentuk dengan cara menggandengkan baik bunyi vokal mahupun bunyi konsonan yang sudah disebut dalam bahagian ayat yang berada di depan. Purwakanthi dapat disamakan dengan persajakan. Subalidinata (1981: 60-62), menyatakan terdapat tiga macam purwakanthi, iaitu purwakanthi guru swara, guru sastra, dan lumaksita. Berikut penjelasannya masing-masing.
a.    Purwakanthi guru swara, iaitu persamaan bunyi pada bunyi vokal. Contoh purwakanthi guru swara.
setya budya pangekese dur angkara 'budi pekerti yang baik menghancurkan angkara murka'
Ayat di atas nampak lebih indah kerana adanya bunyi sajak yang mengulang bunyi vokal "a" daripada kata yang paling depan kepada kata-kata lain di belakangnya.
b.    Purwakanthi guru sastra, iaitu persamaan buyi pada bunyi konsonan. Sering disebut dengan istilah aliterasi atau sastra milir. Contohnya ialah:
rinipteng puspita rineh, rinuruh wosing ruwiya 'digubah dalam bentuk tembang dalam usaha untuk mencari inti cerita'
Ayat di atas diperindah oleh pengulangan konsonan "r", inilah yang disebut dengan purwakanthi guru sastra.
c.    Purwakanthi lumaksita disebut juga dengan sajak berkait. Purwakanthi jenis ini dibentuk dengan cara mengulang baik satu suku kata, bahagian suku kata tertentu, mahupun kata untuk memperindah bunyi. Hasil pengulangan biasanya diletakkan pada baris berikutnya. Contoh purwakanhti lumaksita iaitu yen lumintu uga dadi laku, laku agung kang kagungan narapati 'jika mendapat balasan juga akan menjadi usaha, usaha agung milik raja'
Purwakanthi merupakan salah satu aspek sastera Jawa yang lazim digunakan dalam penulisan sastera Jawa, baik dalam tembang sebagai puisi Jawa tradisional, mahupun dalam puisi Jawa moden (Subalidinata, 1981: 62). Purwakanthi berfungsi memperindah puisi, dan memberikan penekanan terhadap hal ikhwal yang dianggap penting oleh penulis. Contoh-contoh purwakanthi yang terdapat dalam WK, dapat dilihat dalam jadual berikut.
Jadual 7: Contoh Purwakanthi Guru Swara dalam WK
No.    Baris yang Mengandungi
Purwakanthi Guru Swara    Rangkap, Baris
1.        wuwus datan kaurus 'ucapan yang tidak terjaga'    72, 4
2.        lawan lawas nuli tinarima 'dan akhirnya dapat menerima'    75, 2
3.        geter pater dhedhet tedhuh 'suara gemlegar daripada suatu prahara sudah mulai tenang'    108, 1
4.        galenggem gegem agem 'menggegamnya dengan tangan dengan hati-hati'    254, 4
5.        katutupan kepatuh katutuh ngalam 'tertutup, dan terbiasa terkena kemarahan alam'    291, 9
Jadual 8: Contoh Purwakanthi Guru Swara dalam WK
No.    Baris yang Mengandungi
Purwakanthi Guru Sastra    Rangkap, Baris
1.        …boros marang ngarta grasa …' sifat boros dan serakah demi wang'    12, 2
2.        den anganggowa nora nasar ambelasar 'jika ditaati tidak akan tersesat'    37, 9
3.        ting kalethek ting kuthuwil ting pethakil 'dipenuhi kotoran, dipenuhi hasrat untuk jahil dan bersikap tidak sopan'    99, 3
4.        tan ruruh ngaruh-ngaruhi 'sama sekali tidak menyapa'    108, 2
5.        katula ketali-tali 'sangat sengsara'    109, 6
6.        kasurang-surang kasarang 'akan hidup sengsara'    124, 3
7.        genjah jajale ajujul 'dan perkara yang menyebabkan masalah'    248, 4
8.        luwih angel ingkang durung sinung 'lebih sukar yang belum mengerti'    249, 2
Jadual 9: Contoh Purwakanthi Lumaksita dalam WK
No.    Baris yang Mengandungi
Purwakanthi Lumaksita    Rangkap, Baris
1.        muni temen lawan nyata, nyataning solah tingkah 'berbicara yang benar dan sungguh-sungguh, juga bertingkah laku nyata'    1, 4 dan 5
2.        asihe mring wong kasihan 'kasih dan sayangilah orang yang terkasih'    5, 7
3.        anggur ta nganggura bae 'lebih baik menganggur sahaja'    19, 3
4.        jinalukan aja njaluk 'jadilah orang yang selalu dimintai. Jangan jadi orang yang selalu meminta'    24, 6
5.        kurang asih marang ing dasih 'kurang peduli pada saudara mara dan sanak keluarga'    67, 5
6.        ting kalethek ting kuthuwil ting pethakil 'dipenuhi kotoran, dipenuhi hasrat untuk jahil dan bersikap tidak sopan'    99, 3
7.        dipunsareh ing reh dipunririh 'dalam berbicara sabar, tingkah lakunya teratur'    185, 1

7.    Penggunaan Perumpamaan dan Istilah Khusus
Serat WK walaupun konteksnya merupakan suatu protes sosial, namun sebagai karya sastera tetap diperhatikan keindahannya. YS II, mencipta karya ini diperlengkapi dengan perumpamaan-perumpamaan dan penggunaan istilah-istilah yang biasa dipakai dalam suatu karya sastera. Beberapa contoh perumpamaan dan istilah khusus yang dipakai dalam WK dapat dilihat dalam jadual berikut.
Jadual 10: Contoh Istilah atau Perumpamaan Khusus dalam WK
No.    Istilah atau Perumpamaan    Rangkap, Baris
1.        rembes madu apa dene*    7, 3
2.        sapa sira sapa ingsun*    33, 6
3.        banda tangan*    50, 9
4.        durung bisa mijet woh ranti*    56, 5
5.        dene bala Kurawa, gumulung kadya lun, lir banjir bandhang lautan, banjir wukir ji tus Kurawa ngerobi*    73, 6-10
6.        iku wung kumprung pengung, mulanira salaman salumun, yen mengkono nora pantes dadi gusti, pantese mung dadi inthuk, neng delanggung dadi ngeset*    101, 1-5
7.        nadyan oleh sayektine kecut, enak kang mateng neng uwit, upamane duren kakum, senadyan ambune wangi, rasane anyep kemawon*    133, 1-5
8.        tapa iku minangka reragi, saenggone ngelmu lam-ulaman, yekti tan eca rasane, yen ora nganggo bumbu, brambang bawang uyah terasi, dadi adhem kewala, becik kaduk bumbu, ketemu rasaning ulam, laos asem kaluwake aja lali, yen sira arsa mindhang 'Bertapa itu diumpamakan sebagai ragi jika dalam ilmu masak-memasak daging. Tentu tidak lazat rasanya jika tidak memakai perencah, bawang merah, bawang putih, garam, dan belacan mesti tidak ada rasanya. Lebih baik kelebihan perencah, pasti akan lezat rasa dagingnya. Laos, asam, dan kaluwak jangan lupa. Jika kamu ingin memasak pindhang'.    209
9.        rasa mindhang mrih padhanging ati, laos iku poma dipunawas, kaluwak marang badane, asem puniku kawruh, ingkang becik kudu densemi, uyah berambang bawang, terasi puniku, pepaesanireng badan, ala becik sedaya sampun mepaki, luwih pambudenira 'Rasa pindhang supaya hatimu terang. Laos itu melambangkan nasihat untuk awas dan waspada. Kaluwak itu sama dengan awak 'badan', asem itu ilmu pengetahuan. Yang baik mesti dijaga agar bertunas, garam, bawang merah, bawang putih, dan belacan ialah hiasan pada badan kita. Jika semuanya sudah lengkap, maka kita akan mempunyai budi pekerti yang baik dan unggul'    210
10.        batin iku minangka bumi, kang gumelar aneng alam donya, iya aneng sira kabeh, yen sira ayun weruh 'batin manusia seumpama bumi, yang digelar di dunia ini, dan berada di dalam diri kamu sekalian, jika kamu mampu melihatnya'    211, 1-4
11.        tumbak cucukan*    265, 3

*) erti dipaparkan di bahagian bawah jadual
Contoh-contoh di atas, merupakan istilah-istilah khusus yang biasa dipakai dalam karya sastera Jawa. Beberapa contoh istilah yang digunakan dalam WK dapat dilihat pada jadual di atas, pada nombor 1-4 dan nombor 11.

1.    rembesing madu
Madu ialah cecair manis yang berasal daripada nektar tanaman yang diproses oleh lebah dan pekerja menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah (http://maduperhutani.com/index.htm). Madu sangat bermanfaat bagi manusia kerana mengandungi zat-zat yang berguna bagi kesihatan. Madu dapat meningkatkan stamina tubuh, mencegah manusia daripada terdedah bakteri dan cendawan. Madu juga dapat digunakan sebagai kosmetik untuk perawatan kulit. Madu menjadi cecair yang amat berguna. Madu merupakan lambang untuk sesuatu yang cantik, elok, manis, dan sebagainya. Oleh itu, para sasterawan Jawa menggunakan istilah rembesing madu 'rembesan madu' untuk menyebut seseorang yang masih mempunyai pertalian darah dengan raja. Kerana seorang raja ialah keturunan mulia yang baik dan sangat penting fungsinya bagi rakyatnya sama halnya seperti madu yang mempunyai banyak manfaat.
2.    sapa sira sapa ingsun
Istilah ini masuk dalam kagunan atau bentuk kesusasteraan Jawa yang disebut dengan paribasan. Paribasan ialah ayat atau kumpulan kata yang tetap susunannya. Paribasan mengiaskan maksud tertentu (Subalidinata, 1981: 86). Sapa sira sapa ingsun bererti 'siapakah kamu dan siapakah saya'. Istilah ini merupakan istilah yang juga lazim dipakai dalam karya sastera Jawa. Paribasan ini merupakan suatu tuntunan untuk mendudukkan seseorang sesuai dengan kedudukannya. Sapa sira bererti siapakah kamu. Jadi dalam bersikap, kita mesti ingat apa kedudukan kita. Apakah kita atasan atau bawahan, apakah kita orang muda atau orang yang sudah tua. Intinya tetap sadar diri siapakah saya dan siapakah orang-orang yang berhubungan dengan saya. Tetap sadar akan kedudukan, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain.
3.    banda tangan
Banda tangan termasuk dalam paribasan. Banda berarti 'ikat' atau mengikat. Jadi banda tangan bererti mengikat tangan. Istilah ini dipakai untuk menyebut orang yang tidak mahu membantu pekerjaan orang lain, hanya diam sahaja, seperti seolah-olah tangganya sedang terikat. Istilah ini biasanya digunakan untuk sindiran.
4.    durung bisa mijet woh ranti
Ranti ialah nama jenis tumbuhan yang dalam bahasa Melayu sering disebut dengan meranti. Nama latinnya ialah Shorea. Buah meranti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.






sumber gambar:
Soerianegara dan Lemmens dalam http://bebasbanjir2025.wordpress.com
Mijet wohing ranti bererti memijat buah ranti. Buah ranti sangat mudah dipijat, kerana buahnya sangat empuk. Istilah ini dalam kesusasteraan Jawa masuk dalam bebasan, iaitu suatu ucapan yang tetap penggunaannya, mengandung erti kias, dan mengandungi erti perbandingan (Subalidinata, 1981: 86). Bebasan ini merupakan sindiran bagi orang yang sombong. Orang tersebut dikatakan durung bisa mijet wohing ranti. Ertinya dia disindir kerana sombong, padahal untuk mengerjakan sesuatu yang sangat mudah (dilambangkan seperti mudahnya memijat buah ranti) sahaja belum mampu dilakukannya. Bebasan ini sudah dikenal luas dan sering dipakai dalam penulisan kesusasteraan Jawa.
5.    tumbak cucukan
Istilah ini juga termasuk bebasan. Tumbak cucukan merupakan sindiran bagi orang yang suka mengadu.

Selain istilah-istilah di atas, YS II juga menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang disusunnya sendiri. Contoh perumpamaan yang digunakan dapat dilihat pada jadual di atas, pada nombor 5-10. Beberapa di antaranya akan diberikan pembahasan singkat sebagai contoh.

1.    dene bala Kurawa, gumulung kadya lun, lir banjir bandhang lautan, banjir wukir ji tus Kurawa ngerobi

Perumpamaan di atas bererti 'sedangkan kawan Kurawa, bergulung seperti ombak, seperti banjir besar di lautan, banjir di gunung (pasukan) satu berbanding seratus, askar Kurawa semakin lama semakin banyak'. Perumpamaan ini menggambarkan peperangan yang tidak seimbang antara Pandawa dengan Kurawa. Untuk memperindah dan memberikan gambaran tentang banyaknya askar Kurawa, penulis menggunakan perumpamaan seperti ombak dan banjir untuk menggambarkan keadaan.

2.    iku wong kumprung pengung, mulanira salaman salumun, yen mengkono nora pantes dadi gusti, pantese mung dadi inthuk, neng delanggung dadi ngeset.

Perumpamaan di atas bererti 'itulah orang yang bodoh, ianya suka masuk tanpa permisi dan bersikap serampangan, orang seperti itu tidak pantas menjadi pemimpin, hanya pantas menjadi orang rendah di jalanan atau menjadi ulat bangkai'. Pada perumpamaan ini, YS II mengemukakan protes kerasnya kepada seorang pemimpin yang bodoh dan sembarangan dalam mengambil keputusan. Kemarahannya tersebut diluahkan dalam bentuk perumpamaan yang menyamakan pemimpin tersebut dengan orang jalanan dan ulat bangkai. Perumpamaan seperti ini mampu memberikan gambaran perasaan penulis serta mampu memberikan penekanan-penekanan terhadap hal ikhwal yang diangap penting oleh penulis.

3.    nadyan oleh sayektine kecut, enak kang mateng neng uwit, upamane duren kakum, senadyan ambune wangi, rasane anyep kemawon

Istilah di atas bererti 'pada kenyataannya berasa masam, enak yang matang di pokok, seperti durian yang direndam, walaupun baunya harum, tetapi rasanya tidak manis'. YS II menggunakan perumpamaan ini untuk memberikan nasihat bahawa segala sesuatu itu lebih baik jika berlangsung secara alami dan sesuai dengan kodratnya.

D.    Simpulan
Penggunaan bahasa dalam naskhah merupakan cerminan keterampilan seorang pujangga dalam menghasilkan suatu karya sastera. Bahasa yang tertata baik juga menunjukkan tingkatan intelektualiti pengarang. Seorang pujangga istana biasanya mempunyai kemampuan untuk menggunakan bahasa Kawi sebagai bahasa indah serta pandai mengolah kata (Margana, 2004a: 130). Penggunaan bahasa dalam serat WK menunjukkan bahawa YS II juga merupakan pujangga yang baik. Ianya mampu mengolah kata dan menggunakan aspek-aspek sastera dalam karyanya. Kertas kerja mengenai penggunaan bahasa dalam naskhah WK ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan pujangga Jawa dalam mengolah kata. Lebih elok jika kertas kerja ini dilanjutkan dengan membandingkan gaya bahasa satu pujangga dengan pujangga lain yang sezaman.
Daftar Pustaka
Behrend, T.E. 1990. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 1 Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta: Djambatan.
. 1995. Serat Jatiswara-Struktur dan Perubahan di dalam Puisi Jawa 1600-1930 (terj. A. Ikram). Jakarta: INIS.
Hesti L. Tata, G.W., dan Laxman Joshi. 2010. "Sistem Agroforesti (Pertanian Hutan atau Wanatani)" diakses dari http://bebasbanjir2025.wordpress.com pada 20 Mei 2010.
Madu Perhutani.Com. 2008. "Madu Alam Murni" diakses dari http://www.maduperhutani.com pada 20 Mei 2010.
Margana. 2004a. Pujangga Jawa dan Bayang-bayang Kolonial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Padmosoekotjo, S. 1953. Ngengrengan Kasusastran Djawa. Yogyakarta: Soejadi.
Poerwadarminta, W.J.S. 1938. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters G.
Subalidinata, R.S. 1981. Seluk Beluk Kesastraan Jawa. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.
Yasadipura II. t.th. Kempalan Serat Warni-Warni: Serat Ondhe Wicara Keras. MSS. Kod. P 20 PB.A.236 Rol. 129 No. 7, Perpustakaan Muzium Sanabudaya Yogyakarta Indonesia.




Anda sedang membaca:

    Aksara Jawa Official Website - Kawruh -
    hanacaraka.fateback.com/kawruh.htm
    Beberapa istilah dalam tata bahasa jawa. ... Sebagian besar materi dari kawruh basa ini diambil dari buku berjudul Sari-Sari Basa Jawi Pepak, Karangan M. Abi ...
    kawruh basa jawa - bagoez parikezit blog - MyWapBlog.com
    bagoez.mywapblog.com/kerata-basa-kawruh-basa-jawa-tata-bahasa.x...
    3 Apr 2012 – Assalamu'alaikum wr.wb. Kita patut bangga menjadi orang indonesia, kenapa?! Karena indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau ini bukan ...
    DOWNLOAD BUKU BUKU JAWA LAN KAWRUH JAWA ...
    www.wonosari.com › ... › Kesenian Daerah
    30 pesan - 4 penulis - 10 Nov 2011
    Para sedulur sing ngersaake buku-buku kawruh basa lan kabudayan jawa. Mangga download mawon buku-buku menika : 1. Puspawarna 2.
    Kawruh basa Jawa pepak (Open Library)
    openlibrary.org/books/OL3611721M
    1 April 2008 – Kawruh basa Jawa pepak by Daryanto., 1999,Apollo edition, in Indonesian.
    Pendopo Alit: Kawruh basa jawa : Wangsalan
    bagoezparikezit.blogspot.com/2011/11/kawruh-jowo-wangsalan.html
    2 Nov 2011 – Salah satu kawruh boso jowo yang unik adalah yang disebut dengan 'wangsalan'. Saya ingat ini adalah pelajaran bahasa jawa waktu SD ...
    Pendopo Alit: Kawruh basa jawa : Kerata basa
    bagoezparikezit.blogspot.com/.../kawruh-basa-jawa-kerata-basa.html
    13 Nov 2011 – Kembali lagi dalam rangka mencoba untuk 'nguri-uri' kebudayaan jawa khususnya mengenai kawruh basa jawa yang ternyata memang begitu ...
    Kawruh Basa ~ "Materi Basa Jawa"
    herjawa.blogspot.com/2010/12/kawruh-basa.html
    Kawruh Basa. Tembung ing basa Jawa Ukara ing basa Jawa Tembung Tembung Yogya Swara Tembung Rurabasa Tembung Garba Tembung Kriya Tembung .
    KAWRUH BASA SASTRA - solocity - peperonity.com
    peperonity.com/go/sites/mview/solocity/13190308
    KAWRUH BASA ISTILAH-ISTILAH DALAM SASTRA JAWA babad:sastra sejarah dalam tradisi sastra Jawa; digunakaan untuk pengertian yang sama dalam ...
    Kawruhjawi
    kawruhjawi.wordpress.com/
    saking jawa kanthi tresna. ... Arab ugi terjemahipun. Menawa para sederek bade sinau terjemah Basa Jawi sumangga dateng website .... Kawruh Jawi @ Plurk ...
    Kawruh basa Jawa pepak: kanggo para siswa SD lan SLTP ...
    books.google.co.id/books/.../Kawruh_basa_Jawa_pepak.html?hl=id...
    Judul, Kawruh basa Jawa pepak: kanggo para siswa SD lan SLTP, Volume 1. Kawruh basa Jawa pepak: kanggo para siswa SD lan SLTP, Dwijawiyata, ISBN ...



kawruh basa jawa lengkap

kawruh basa jawa pepak

pasinaon basa jawa

basa jawa krama

kawruh basa jawa pdf

sinau basa jawa

kamus basa jawa

pidato basa jawa









Diberdayakan oleh Blogger.